ghaidaps's reviews
144 reviews

Heartbreakingly beautiful.

I read a lot of modern poetry lately that when I read this I forgot how good the old-style poetry was. It was so complex and beautifully written. I loved it.

A self-healing book that I hope I will do in my real life: to slow down and enjoy the view.

Saya baru baca puisi-puisinya Pak Jokpin yang keluaran tahun 2000-an, pas baca buku yang ini kaget. Ternyata gaya puisi beliau pas tahun 90-an dan tahun 2000-an cukup berbeda. Puisi di buku ini terkesan lebih serius dan diksinya lebih luas. Jadi, favorit saya tetap Buku Latihan Tidur karya beliau.

W O W.

Saya tahu buku ini dari twitter, katanya buku ini membahas salah satu dari 5 gender yang dipercayai oleh orang Bugis. Saya jadi tahu ternyata di Indonesia—yang katanya negara paling anti-segalanya ini—ada yang mengakui lebih dari 2 gender. Terlepas dari itu, buku ini LEBIH dari sekedar membahas perihal tersebut.

Kisah di buku ini dibarengi dengan sejarah yang terjadi di Indonesia, saya sempat curiga jangan-jangan ini kisah nyata. Tapi di akhir BAB, penulis mengkonfirmasi bahwa cerita di buku ini hanya fiktif. Tapi tetap well deserved bintang 4.5 karena ide ceritanya out of box, berani, tidak senonoh, seru, haru. Pokoknya rasanya kayak naik roller coaster. Buku ini cocok dijadikan film macam Black Mirror dengan kearifan lokal.

P.S.: jangan baca di sebelah orang yang suka ngintip Anda lagi baca apa, nanti disangka baca yang enggak-enggak

I always had a hard time finishing a classic novel. This one is not bad, but also not my favorite.

I think this is the first autobiography book that I've read? And I'm glad it is. I've read some biography books and the writer mostly sugarcoats every story to make the character looks perfect. But this one feels so real and I bawled my eyes out a few times. I have much more respect for Mrs. Obama and I learned so many things just by reading this book. This is the kind of book that does not just enlighten your brain, but also your soul.

Benar, kau pernah bilang tak perlu membedakan pergi atau pulang, mengosongkan atau mengisi teka-teki silang. Stasiun bukan Pohon, bukan Bukit, bukan Gua — stasiun adalah tempat orang gelisah karena menunggu kereta, bukan Sabda. Beberapa patah kata di papan-papan itu hanya menunjukkan arah, suatu peluit sekedar syarat — selebihnya kitalah yang berurusan dengan makna.

Charming as always. Tapi buku ini agak berat jadi jangan buru-buru bacanya, ya.

Thanks to self-quarantine mandatory, now I can read a whole book only in a day! Since English is not my first language and commuting usually kept me busy — ah well, anyway, this book is simply mesmerizing. It's a children story, I can easily guess the whole plot just by reading the first pages. But the way the writer describes each moment, it feels magical to me.

Someday, she would come back. I knew it, like I knew how to be quiet, how to be still, how to listen. She would return to the valley and run with me through the soft thorn bushes, past the sleeping snakes, across meadows of fossils and flowers, through streams that flowed with water cleaner and purer than rain, followed by clouds of dragonflies and sparrows, butterflies and lightning bugs playing games in the sky. She would come back to us, and we would all be transformed, again and again.