Scan barcode
A review by veraveruchka
The Tales of Beedle the Bard by J.K. Rowling
4.0
Oh, J.K. Rowling. Saya bisa ngomong apa lagi soal kemampuannya membuat kita merasa dibawa ke dunia lain lewat tulisannya. Saat baca buku ini, saya merasa kayak Muggle beruntung yang bisa ngintip baca dongeng-dongeng penyihir. Cerita-cerita ini pasti 'baru' diciptakan imajinasi Rowling, tapi entah bagaimana saya bisa percaya bahwa ini adalah dongeng-dongeng yang diwariskan, turun-temurun, di dunia sihir di luar sana.
(Reminder #38 setelah mulai baca buku ini : 'There's no such thing as 'Dunia sihir di luar sana', heh Ver -,-")
Saya rasa, seri Harry Potter akan jadi seperti 'Lima Sekawan' buat saya dan ibu saya. Cerita yang akan saya baca bersama anak saya pada hari-hari yang hangat ataupun dingin, dilanjutkan diskusi panjang untuk memuaskan keingintahuan anak saya setelahnya. "Ini buku seri beken banget lho waktu Mama kecil," saya akan bilang begitu, dan pupil mata anak saya akan melebar mendengarnya. Saya bisa membayangkan 'Harry Potter' menjadi salah satu hal yang membuat masa kecil saya dan masa kecil mereka menjadi dua waktu yang tidak seberapa jauhnya. Walaupun buku ini termasuk yang paling 'baru' dalam buku-buku terkait Harry Potter, saya rasa cerita ini akan jadi yang saya perkenalkan duluan. A nice alternative to Cinderella and Sleeping Beauty and those fairy tales which promote passivity as a woman's virtue, as Rowling herself has said in the introduction. The morals of the story has been conveniently stated by Dumbledore at the end of every story, but we are welcomed to extract another meaning more relevant to our Muggle life.
Satu-satunya yang belum membuat saya puas dalam buku ini adalah kurangnya 'jejak' Hermione dalam buku ini, padahal menurut sampul, buku ini diterjemahkan Hermione dari Rune kuno. Yah, ini minor banget, tapi saya rasa Hermione bisa banget nambah-nambahin komentar atau apa buat pembaca Muggle. Hahaha, apa banget ya saya ini.
Overall, this book will be cherished for years and passed to my children, sometimes in the (hopefully near) future!
(Reminder #38 setelah mulai baca buku ini : 'There's no such thing as 'Dunia sihir di luar sana', heh Ver -,-")
Saya rasa, seri Harry Potter akan jadi seperti 'Lima Sekawan' buat saya dan ibu saya. Cerita yang akan saya baca bersama anak saya pada hari-hari yang hangat ataupun dingin, dilanjutkan diskusi panjang untuk memuaskan keingintahuan anak saya setelahnya. "Ini buku seri beken banget lho waktu Mama kecil," saya akan bilang begitu, dan pupil mata anak saya akan melebar mendengarnya. Saya bisa membayangkan 'Harry Potter' menjadi salah satu hal yang membuat masa kecil saya dan masa kecil mereka menjadi dua waktu yang tidak seberapa jauhnya. Walaupun buku ini termasuk yang paling 'baru' dalam buku-buku terkait Harry Potter, saya rasa cerita ini akan jadi yang saya perkenalkan duluan. A nice alternative to Cinderella and Sleeping Beauty and those fairy tales which promote passivity as a woman's virtue, as Rowling herself has said in the introduction. The morals of the story has been conveniently stated by Dumbledore at the end of every story, but we are welcomed to extract another meaning more relevant to our Muggle life.
Satu-satunya yang belum membuat saya puas dalam buku ini adalah kurangnya 'jejak' Hermione dalam buku ini, padahal menurut sampul, buku ini diterjemahkan Hermione dari Rune kuno. Yah, ini minor banget, tapi saya rasa Hermione bisa banget nambah-nambahin komentar atau apa buat pembaca Muggle. Hahaha, apa banget ya saya ini.
Overall, this book will be cherished for years and passed to my children, sometimes in the (hopefully near) future!